Mbak Wien sudah turun. Bokep Viral Aku memandang ke arah lainmengindari adu tatap. Wanita muda itu mengikuti di belakang.Kemudian menyerahkan celana pantai.Mbak Wien, pasien menunggu, katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Lama sekali iamemijati pangkal pahaku. Ia cukup lama bermainmaindi perut. ujarnya merajuk.Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguhlagi.Ah.. Hap. Duduk di tepi dipan. Bodoh amat. Alamak.., jauhnya. Wajahkumerah padam. Astaga. Apa katanya nanti? Masih melongo.Itu jendelanya dirapetin dikit.., katanya lagi.Ini..? Betulbetul keras. Jam berapa harussampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yangpenuh gelora itu. Hariitu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belumada yang datang, baru aku saja. Shit! Atau maugunting? Iatidak lagi dingin dan ketus. Ia tepatberada di tengahtengah. Ia malah melengos. Kesempatan tidak akan datangdua kali. Tapi ia dingin sekali. Betulbetul keras. Baru saja aku memasang ikatpinggang, Wien menghampiriku sambil berkata,Telepon aku ya..!Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yangdisobek sekenanya. Garis setrikaannyamasih terlihat. Tetapi,bayangan itu terganggu. Ya tidak apaapa,hitunghitung olahraga. Baru saja aku memasang ikatpinggang, Wien menghampiriku sambil berkata,Telepon aku ya..!Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yangdisobek sekenanya. Bodoh amat. Ataujanganjangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya purapura masuk. Bayar arisan.Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Mobil melaju. Dingin.Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di ataskulit punggung. Iamenikmati, tangannya mengocok Junior.Besar ya..?
