Ia masih dingin tanpa ekspresi. Jendela kubuka. Bokepviral Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Ia tepat berada di tengah-tengah. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Lalu asyik membuka tabloid. Seakan sengaja memainkan Si Penis. Begini saja daripada repot-repot. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Dari atas: Turun. Kalau kini aq berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yg membasahi leher, pasti karena aq terlalu terbuai lamunan. Lalu asyik membuka tabloid. Nafasnya tercium hidungku. Kali ini dengan telapak tangan. Kantorku tak lama lagi keliatan di kelokan depan, kurang lebih 200m lagi. Itu artinya ia tdk mau diganggu. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Ia tersenyum ramah. Aq menggelepar.“Sst..! Di mana? Paling tdk aq dapat melihat leher yg basah keringat karena kepayahan memijat. Angin menerobos kencang hingga seseorang yg membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? Ia terus mengelap pahaku. Aq jelas mendengarnya dari sini.Kembali ruangan sepi. Baunya memang agak lain, tetapi mambu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yg belum pernah ia rasakan.“Dik.. Yes. Aq menurut saja. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yg ini atau yg itu..?” katanya menggoda, menunjuk Penisku.Darahku mendesir.
