Atau mau ngobrol dulu, atau mau yang lain, terserah si oom deh!” si mungil itu mulai menyalakan rokok Sampurna hijaunya. Sesosok tubuh tinggi semampai sedang berdiri di dekat halte sambil tersenyum padanya. Bokepviral Ia berjalan gontai. Ia memegang batang kemaluannya yang nampak aneh terbungkus karet berwarna pink itu.“Eit… jangan dipegang dong. Ketahuan juga!” Windu mengumpat dalam hati. Tubuhnya terbujur kaku, batang kemaluannya yang terbungkus karet berdenyut-denyut tidak menentu. Baru kali ini batang kemaluan itu merasakan sentuhan tangan lain, selain tangannya. Tangan kanan si mungil terus mengurut sementara tangan kirinya mulai membuka belahan pantat Windu. Dibayangkannya payudara yang berayun-ayun di depan matanya, belahan liang kewanitaannya yang kemerahan dan basah, desahan nafasnya, tetesan keringat di dadanya. Sesosok tubuh tinggi semampai sedang berdiri di dekat halte sambil tersenyum padanya. Semuanya tak digubrisnya. Lari! “Wi… buat aku doong!” beberapa di antara mereka menegur si resepsionis yang ternyata bernama Dewi. Tanpa menunggu jawaban Windu, tangan yang masih belepotan lotion itu mulai mengurut batang kemaluan Windu yang terjepit himpitan tubuhnya. Tubuhnya terbujur kaku, batang kemaluannya yang terbungkus karet berdenyut-denyut tidak menentu.
