Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu…!”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Bokep indo Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Dewi. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi aku tak mendengarnya karena aku tidak memasang Mini Camera dengan Mic.Perlahan kepala kak Sinta mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Dewi. Caranya mengurut dan meremas sungguh sempurna. cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa lagi ? (maafkan aku kak Dewi !)Terkadang aku merasa berdosa manakala aku mencuri-curi pandang. Aku terbaring ke samping. Malam ini. Tapi sudahlah. Kak Sinta menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh. …ahhhhhh…..!!!Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Dewi membuatku terangsang. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok sesore ini kak Dewi sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Dewi didalam kamar melalui lubang kunci. Beberapa saat mereka berpelukan. “Tenang…pokoknya aman !”,
Kak Dewi nampak gelisah. Kudengar kak Dewi berbicara, rupanya temennya si Sinta brengsek itu udah mau datang. Entah berapa lama aku menyaksikan tingkah laku kak Dewi didalam kamar. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Dewi yang putih mulus.
