Saya ingat, malam itu saya sedang berada di kantor untuk menyelesaikan sisa-sisa kerjaan. Bokep live Mata saya ‘kiar-kier’ menahan nikmat, mulut saya terus mengerang-ngerang keenakan. “Ciumin dong Jen.” pinta saya tidak sabar.“Haa, kamu udah pengen ya?” godanya. “Kenapa, Jen?” tanya saya ragu.“Aghh..” saya terhenyak sedikit ketika ia mencolek kemaluan saya. Namun saya melihat sekeliling, lemari pakaiannya kebetulan terbuka, memamerkan gaun-gaunnya yang mahal dan berwarna warni, sederet sepatu yang menjadi impian tiap wanita, laptop dan ponsel yang menunjukkan tingkat kemapanan hidupnya, lalu.. Terasa Jenny meninggalkan ranjang, mengecup kening saya, lalu saya tertidur di tengah kenikmatan maha dahsyat ini. Saya kira tidak akan ada pria ataupun wanita yang tidak mencuri pandang ke arahnya saat berada di tempat umum. Namun ada seseorang lagi bersama dua orang centeng itu. Mungkinkah ia sudah berada 2 meter di bawah tanah? Tiba-tiba ia mencolek bahu saya, “Hi Ivon, lupa sama saya ya?” sapanya dengan bahasa Indonesia. Oughh..” serasa ada yang menyembur keluar dari kemaluan saya, begitu deras dan nikmat. Pak Smith juga tak kuasa melakukan apa-apa untuk menolong saya, karena dua orang preman tinggi besar itu memperhatikannya terus.
