Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Bokepviral Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ia menyenggol kepala juniorku. Jari tangan mulai dingin. Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Ayo. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Wien menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Kadang-kadang ketimun. Wien datang. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Come on lets go! Bodoh amat. Di mana? Langkahku semangat lagi. Lalu pijitan turun ke bawah. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Bodoh, bodoh, bodoh. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya.
